Kamis, 11 Februari 2016

Review Buku 2016 -- Surat Dahlan

Bagi setiap perantau sepertiku, rindu adalah hantu yang paling menakutkan.
Tak ada yang tahu bagaimana ia mendatangiku setiap waktu.
… begitu menyiksa, menggeretakkan tulang-tulang ketabahan.


Karang Asam, Samarinda, Bumi Etam.
Dua tahun telah berlalu, sejak Dahlan meninggalkan Kebon Dalem. Sayangnya, merantau dan menjadi mahasiswa tidak semudah yang dibayangkan. Perkuliahan berlangsung melenceng jauh dari rencana awal, sementara kerinduan terhadap kampung halaman dan orang-orang terkasih selalu menyesakkan dadanya. Belum lagi Dahlan harus dihadapkan pada pilihan yang sulit antara janji temu dengan cinta pertama, lamaran sahabat baiknya, dan cinta baru yang dia temukan di tempat rantauan.

Dahlan muda yang penuh semangat juang berusaha untuk tidak mengalah pada rindu. Kepeduliannya terhadap negeri yang kacau balau kala itu, membuatnya memutuskan untuk mengabdi pada masa depan bangsa melalui gerakan-gerakan kemahasiswaan. Dianggap memberontak, Dahlan dan rekan-rekan mahasiwanya menjadi buronan pemerintah. Dia harus berlari dan bersembunyi dari kejaran tentara. Di tengah pelariannya, takdir mempertemukannya dengan Sayid, seorang guru sekaligus sahabat, yang mengenalkan Dahlan pada media dan memberikannya kesempatan untuk membuka lembaran baru dalam hidupnya. (via : goodreads )



Penggalan sinonpis diatas merupakan buku yang menceritakan tentang perjalanan hidup salah satu tokoh di Indonesia, yakni Dahlan Iskan. Perjalanan hidup tersebut dituang dalam bentuk novel yang berjudul Surat Dahlan.


sumber : goodreads




Buku ini adalah buku kedua dari Trilogi Novel tentang Dahlan Iskan. Novel pertama berjudul Sepatu Dahlan yang tentunya sudah gua baca. dan yang terakhir itu berjudul Senyum Dahlan, yang kemungkinan bakal gua review dalam waktu dekat ini.

Sumber : instagram




Dan buat yang masih belum tahu siapa itu Bapak Dahlan Iskan, ini fotonya


sumber : wikipedia

Dan biografi singkatnya bisa dibaca di Wikipedia


Surat Dahlan tidak jauh beda dengan Sepatu Dahlan, terutama dalam alur cerita yang dipaparkan. Cerita flashback yang mengajak ke peristiwa awal dimana sosok Dahlan Iskan berbaring dirumah sakit pasca operasi cangkok Liver, lalu membayangkan masa lalu menuju masa-masa Dahlan kuliah di Samarinda. Salah satu peristiwa yang paling menonjol yaitu ketika Seorang Dahlan bersama teman-teman mahasiswanya mengadakan aksi unjuk rasa kepada kebijakan Pemerintah di era orde baru. Sementara, pada saat itu Pemerintah bisa dibilang "anti kritik". Apapun yang berbau kritik terhadap pemerintah, sudah pasti akan dibungkam. Entah itu media massa ataupun perorangan. Hal itu pun terjadi pada Dahlan dimana dia sampai dianggap mengganggu keamanan Negara, hingga Dahlan di cap sebagai Buronan Negara karena melawan tentara saat melakukan aksi unjuk rasanya.


Lalu. yang namanya anak muda pasti tidak luput dari yang namanya kisah cinta. Begitu pula cerita cinta yang mengitari sosok Dahlan semasa kuliah di Samarinda. Dalam hal ini, Dahlan harus memilih antara A, B, atau C. Dan juga, penantian Dahlan atas sepucuk surat yang berisi harapan seseorang menjadi objek renungan di tepian Sungai Mahakam.

Kemudian, ada juga kisah-kisah para Ulama terdahulu yang didongengkan oleh Bapaknya Dahlan Iskan semasa di Kebon Dalem yang kembali dituangkan. Kisah-kisah tersebut menjadi panutan Dahlan dalam menjalani hidupnya yang menantang di Samarinda.

Hingga yang terkahir, puncak dari kisah di Novel ini yaitu dimana Dahlan memilih untuk tidak melanjutkan kuliahnya dan mulai menapaki karir kesuksesannya di dunia Jurnalistik sebagai kuli tinta dan juga memilih jalan cintanya diantara tiga pilihan tadi.


itu aja yang bisa gua papar di tulisan review buku kedua yang gua baca di tahun 2016 ini. Sisanya, silahkan baca & nikmati sendiri kisahnya......





Sekian.







C.A