Selasa, 28 Oktober 2014

Aku - Keraguan

Ah momen itu.....


memang pada awalnya aku hanya bisa memprediksi
memimpikan apa yang akan kulakukan padamu
berusaha membuatmu takjub dan  terkesan
meskipun hanya sedikit. iya, sedikit.
Kurancang sedemikian rupa sesuatu itu mendarat lembut di genggamanmu
Sesuatu yang biasa...
Sesuatu yang tak begitu istimewa...
Sesuatu yang bernilai kecil diantara sesuatu lain yang telah ada digenggamanmu
Sesuatu yang memang hanya bisa aku mimpikan saat itu



Biarlah.

Belum saatnya aku memberikan sesuatu itu
Atau memang tidak akan pernah aku memberikan sesuatu itu














-c.a-

Senin, 13 Oktober 2014

Secuil Guratan Perihal Ilmu Perpustakaan



Apa itu jurusan ilmu perpustakaan ? gimana prospek kerjanya pas lulus nanti ? apa cuma bakalan jadi penunggu perpustakaan yang kondisinya selalu ngantuk-ngantuk ?





Ya….
Tiga pertanyaan itu sejujurnya ada di dalam benak gua saat pertama kali denger jurusan ini. Mungkin beberapa mahasiswa dan mahasiswi baru lainnya juga mikir kayak gitu. Agak asing memang jurusan ini kedengarannya dibanding jurusan-jurusan favorit laen kayak akuntasi lah, bisnis lah, informatika lah, manajemen lah...lah...lah...lah.
Jujur aja, awal gua milih jurusan ini cuma karena pengen gampang masuk universitas negeri, terfokus di UIN jeketi. Beberapa orang bilang jurusan ilmu perpustakaan ini emang masih sedikit peminatnya, makanya gampang banget masuk jurusan ini buat orang yang pengen masuk ke universitas negeri. Mungkin bahasa kasarnya gini “Nggak peduli mau masuk jurusan apa, yang penting masuk negeri”.

Pada akhirnya, gua buang jauh-jauh pemikiran kayak gitu. Awal gua ngebuang pemikiran kayak gitu pas wali kelas gua dulu nyaranin gua buat masuk jurusan ilmu perpustakaan. Doi bilang kalo jumlah pustakawan di Indonesia bisa dibilang masih sedikit. Dan juga lulusan ilmu perpustakaan memang banyak dicari. Kebetuan juga gua emang demen baca, bukannya pustakawan demen baca juga kan ?
Ya, mungkin ini sedikit ngejawab pertanyaan kedua di awal tulisan ini. Beberapa kali gua searching di mbah google soal ilmu perpustakaan sekalian ngeliat komen-komennya para mahasiswa senior dari universitas laen yang mendalami ilmu perpustakaan, ternyata nggak seburuk + ngebosenin yang dibayangin sih. Gua kayaknya makin termotivasi buat mendalami ilmu beginian ini pas ada pernyataan di internet kalo....... “Seorang pustakawan bisa menjadi seorang guru / dosen, tapi seorang guru / dosen belum tentu bisa menjadi seorang pustakawan .”
Dari situ gua mikir kalo pustakawan emang punya banyak informasi sama pengetahuan didalem pikirannya. Nggak cuma satu bidang, kemungkinan segala bidang. Soalnya pustakawan juga punya peranan sebagai pengelola informasi dimana informasi itu bakal disebar + dikasih tau ke masyarakat yang butuh informasi tersebut. Dengan percaya dirinya gua pengen punya informasi dan pengetahuan yang luas layaknya pustakawan.

Dengan memantapkan hati dan mengucap Bismillahirrohmanirrohim, pas gua milih jurusan sebelom tes mandiri UIN Jeketi, gua mantep milih jurusan ilmu perpustakaan di pilihan pertama. Ditambah pilihan kedua gua itu Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia di fakultas Tarbiyah. Soalnya kalo malem suka ngelindur gitu, nulis-nulis ngga jelas, yang melow lah, puisi lah, sajak lah, jadinya pengen ngedalemin dibidang sastranya. Antimainstream...!!!


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, gua bisa masuk di jurusan ini. Gua sempet nyesel pas ngeluarin pernyataan kalo masuk jurusan ini gampang. Gila, soal tesnya bener-bener jauh dari apa yang gua pelajarin di sekolah. Matematikanya tentang Sin - Cos - Tan. Apalagi pas bahasa arab. Njirr.......





Tentunya sih masuk jurusan ini ya karena kebutuhan akan informasi ditambah dengan pemikiran kalo setiap orang butuh informasi yang tepat + akurat, masuk jurusan ini nggak cuma buat nyantumin embel-embel “Negeri” di belakangnya kayak yang udah gua tulis diawal tulisan ini.

Banyak orang laen mandang kalo ilmu perpustakaan cuma ilmu yang ngebosenin soalnya ngurusin buku mulu.



Ente salah....


Ilmu perpustakaan adalah ilmu yang mempelajari cara pengumpulan, pengorganisasian, pengawetan, dan penyebarluasan informasi yang ada di suatu perpustakaan. Buku itu cuma salah satu objek informasinya. Banyak banget sumber informasi yang mesti dipelajarin sekalian dikelola sama seorang pustakawan. Salah satu Dosen gua yang udah ubanan juga pernah ngomong, kurang lebihnya kayak gini…..”Anak kedokteran mungkin hanya membaca buku teori di satu bidang tentang kedokteran dan semacamnya, tapi anda sebagai seorang pustakawan, anda tidak hanya bisa mempelajari ilmu tentang kedokteran, anda bisa saja mempelajari bidang – bidang yang lain seperti teknik, manajemen dan lain-lain…”
Itu sebabnya kenapa pustakawan dituntut buat pelajarin semua jenis informasi, terutama di era modern kayak sekarang. Mungkin dia bisa paham bidang laen yang dipelajari, tapi bukan jadi ahli dibidang laen itu juga. Lulusan dari jurusan ini nggak cuma bakal gawe di perpustakaan doang kok, tapi bisa juga ambil bagian di instansi pemerintah, perusahaan swasta yang skala-nya Nasional  ato mungkin Internasional. Soalnya di setiap kantor / instansi butuh banget orang yang bisa ngelola informasi sama arsip, disitulah seorang pustakawan maenin perannya, karena kita udah lebih dulu belajar tentang bagaimana ngelola informasi, nyusun secara tepat & akurat, makanya dengan mudahnya bisa dikasih ke orang yang butuh informasi tersebut.


Di akhir gua cuma ngarep makin banyak pustakawan professional di Indonesia yang mampu nyebarluasin informasi ke masyarakat yang emang membutuhkan. Dari mana kita memulainya buat jadi pustakawan ? tentunya ya kuliah di jurusan ilmu perpustakaan, ilmu yang mencakup segala jenis informasi.

juga....sebenernya gua bikin ini tulisan buat ikut lomba blog yang diadain jurusan gua, tapi ya berhubung yang dinilai itu desain blognya....bukan isinya, ya apa daya gua yang cuma bisa bikin tulisan & nggak jago ngedesain. begitulah kira-kira.





Sekian…….








google.com/images







-c.a-

Sabtu, 20 September 2014

Aku - Kesempatan

Jika kau bertanya siapa yang lebih dulu memiliki rasa itu, aku akan mengakuinya. Tapi jika kau bertanya siapa yang kebih dulu menciptakan kesempatan itu, kau tahu dialah orangnya. Berjejak dari masa lalu, aku tahu aku belum bisa atau tidak sama sekali membuat kesempatan itu. Aku pun mengetahui apa yang akan terjadi jika benar-benar tidak membuat kesempatan itu. Aku hanya tertuju untuk memperbaiki diri sendiri, mencari jati diri. Benar saja. Aku tidak menciptakan kesempatan itu, atau kau bisa menganggapku tidak berani membuat kesempatan itu muncul. Itu pun jika kau menyadarinya.

Kini, aku hanya bersandar pada dinding harapan. Berharap dengan lugunya kesempatan itu akan kembali, pastinya dengan aku yang berbeda dari sebelumnya. Aku bukan peramal, bukan penyihir, bukan juga si pembaca pikiran. Aku hanya secuil jiwa yang belum mengetahui apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Semoga saja kesempatan-kesempatan itu bisa ku buat sendiri dengan cara lebih baik dari kesempatan ku abaikan teruntukmu sebelumnya.

Aku tidak memaksa kau untuk menyadarinya. Aku tidak meminta kau untuk memahaminya. Aku juga tidak mengharap engkau untuk terbiasa dengan ini. Semoga engkau tetap menjalani apa yang tidak akan kau ketahui kedepannya. Begitu pun denganku. Jika kau melihat dari sisi yang berbeda darimu, sungguh, engkau akan mendapati jalan cerita yang selama ini tak kau sadari.






Sungguh. Suatu saat kesempatan yang kubuat akan tertuju untukmu...........














-c.a-

Rabu, 06 Agustus 2014

Fajar : 5.58 WIB





Teringat pernah kubaca suatu paragraf, yang kupikir itu unik. Disalah satu potongan mengungkapkan, jikalau ada seseorang yang muncul dalam skenario mimpi kita ketika tidur, bahwasannya orang itu sebelumnya sedang memikirkan kita.

Saya pun demikian. Seketika itu juga saya memimpikan masa depan. Tapi, apakah masa depan tersebut memikirkan saya ? Apakah masa depan tersebut dapat membuat saya berpikir lebih jauh ? Entahlah.

Mungkin iya. Dan kemungkinan kecil untuk mengungkapkan tidak.


Kupikir segalanya menjadi makin tidak rasional. Itu hanya sepotong mimpi kejadian dimasa depan. Disaat itu pula ada satu sosok yang dominan di sepotong mimpi itu.

Siapa ?

Ah, itu mungkin hanya kawan lama. Kawan yang sangat lama tak kujumpai. Jarak dekat yang seolah-olah terhempas sejauh ratusan mil dari tempatku berpikir detik ini.

Hmmm...
Apapun itu, siapapun itu, kapanpun itu, dimanapun itu, bagaimanapun itu, entah hal itu akan terjadi atau tidak, sepotong kejadian itu hanya bunga tidur yang sejatinya tak kan pernah dapat kupetik.






-c.a-

Sabtu, 14 Juni 2014

Kontra Atas Sesuatu Hal

Beberapa waktu kebelakang, gua emang agak hate sama bidang marketing. Beberapa waktu kebelakang, gua beranggapan bahwa marketing itu cuma mentingin hasil lebih dari apapun. Itu kenapa biasanya orang-orang dibidang marketing suka kerja keras demi target yang mungkin bisa mencekik. Demi target itu, mereka mesti pinter ngomong lah, pinter bujuk rayu lah, pinter jelasin kelebihan produk lah (padahal lebih banyak mubazirnya kalo dibeli).



Balik lagi ke kalimat awal, diawal-awal gua masih buta dunia kerja, gua mengangap bidang marketing oke-oke aja. Yang buat gua agak hate sama di bidang itu adalah saat gua ngelamar kerja disuatu perusahaan yang tentunya dibidang marketing itu sendiri. Mereka memprioritaskan untuk memasarkan produk & mencapai target. Gimana cara buat mancapai target yang gede itu ? Yang balik lagi ke kalimat keempat di paragraf pertama. Gua yang nggak selalu ngomong pun seolah dibebani sama batu puluhan kilo dan gua mesti bawa batu itu ke atas gunung. Karena emang ditekan kerjanya mesti pinter ngomong ke konsumen gitu, gua pun akhirnya milih buat mundur.



Dari situ gua mulai agak underestimate sama bidang marketing itu. Jujur aja, setiap ada tawaran kerja jadi Pramuniaga itu, gua agak merasa acuh aja sama begituan. Biarpun si atasan ngasih tau kalo bakalan dapet uang banyak dari kerjaan gitu. Ya, namanya nggak suka mau diperbuat apa lagi....


Singkat cerita, gua pernah diskusi ringan sama temen gua soal kerjaan kayak gitu. Dia bilang kehidupan sehari-hari itu nggak bakalan jauh dari bidang marketing. Sebagai contoh kecil ya tukang jualan gorengan lah. Itu juga termasuk marketing tapi dalam skala yang masih mikro. Gimana strategi marketing si tukang gorengan itu biar gorengannya laku ? pastinya dia bakalan buat gorengan yang lebih bervariasi, entah apalah namanya itu. Sama juga kayak perusahaan besar, termasuk di mall-mall gitu. Sebut saja para SPG & SPB, mereka semua juga bagian dari strategi marketing. Intinya sih tetep aja menjual.


Temen gua juga sempet-sempetnya ngejelasin kalo 3 orang terkaya didunia itu asalnya dari bidang marketing. Sebut aja Bill Gates, Haji Sulam, sama Haji Muhidin. Bidang marketing yang bikin mereka menjadi 3 teratas terkaya didunia. Dengan kata lain, semua orang nggak lepas dari yang namanya maketing.


Disitu juga gua ngejelasin argumen yang gua milikin. Sebenernya, gua nggak suka marketing saat itu ya karena soal ngejar target itu, ditambah ngejar targetnya mesti bujuk rayu konsumen supaya beli produk yang sebenernya mereka nggak butuh-butuh amat. Dan temen gua ngasih tau kalo gua sebenernya nggak suka marketing karena versinya aja. Yap, itu betul...
ngeliat bahasan tulisan ini dari awal, gua nggak suka marketing itu karena dari satu sisi aja..... karena mesti pinter ngomong & bujuk rayu !
Soal bidang marketing versi lainnya gua merasa baik-baik aja. Nggak mempermasalahkan.




at the last of my post..........

Gua teringet soal pembicaraan gua sendiri sama temen gua (beda orang). Dia bilang kalo 'hidup itu pasti ada pro dan kontra', entah siapapun yang bicara itu, mungkin gua pura-pura lupa siapa orangnya. Gua mungkin memang agak kontra sama hal ini. Tapi ya namanya juga kontra, pastinya semua punya opini masing-masing kan ?
Seengaknya gua berusaha mengemukakan argumen yang masih berbelit dipikiran gua lewat tulisan yang agak berbelit juga. Trims....

Minggu, 18 Mei 2014

Real Madrid Effect



Piala !!! Piala Everywhere !!!



Real Madrid sama Napoli masing-masing udah juara Copa del Rey sama Copa Italia duluan, Begitu Ozil pindah ke Arsenal di awal musim kemaren, gua kira tradisi puasa gelar buat Arsenal bakalan terus lanjut terus Ozil malah mau ikutan puasa sama Arsenal.




Tapi ternyata........................
















































Maybe ini yang namanya "Real Madrid Effect" :|

Sabtu, 19 April 2014

Bayar Sekali, Makan Sebanyak-banyaknya Sampe Begah

Perihal judul diatas, gua emang pengen lagi bahas yang satu itu. Lagi iseng pengen ngeposting yang baru. Daripada garuk pantat mulu, kan bete...




Beberapa restoran emang ada yang yang nerapin konsep bayar sekali, elu bisa makan sepuas elu. Bebas deh tuh, nasi beserta lauk pauk yang entah berantah apa namanya itu bisa elu konsumsi.

Tapi bagi gua, konsep kayak gitu itu cuma bagian dari strategi marketing si empunya restoran aja sik. Oke, begini ceritanya.....


contoh, di rumah makan biasa ato kita sebut aja restoran biasa, biar keren nyebutnya, harga seporsi makanan sebut aja 20.000 . Sementara di resto 'bayar sekali makan sepuasnya' ini mempromosikan dengan embel-embel bayar 100.000 bisa makan menu apa aja yang ada di situ. Kan biasanya yang pelanggan yang dateng ke resto itu rata-rata orang kaya. Eh, nggak juga deng. Gua sebut aja rata-rata pelanggan yang ke resto itu tuh biasanya orang-orang jaim.

Kenapa jaim ? biasanya malu kalo ambil makan banyak-banyak itu mah bakal dibilang norak lah, rakus lah, kelaperan lah. Karna ada yang nyangkut soal jaim itu, beberapa orang di resto itu biasanya cuma ambil makanan malah nggak banyak-banyak. Mungkin cuma seporsi.

Itu dia ! kalo di restoran biasa aja bisa dapet seporsi makanan cuma 20 rebu, sementara di resto itu ditambah rasa jaim itu juga, orang cuma dapet seporsi makanan yang sama kayak resto biasa dengan harga 100 rebu. That's the point !

Restoran itu bisa dapet keuntungan 5 kali lebih banyak dari resto biasa. Ma'lum juga sih. Biasanya yang dateng itu ya orang-orang kaya. Mereka kan makannya dikit. Paling makan nasi setengah, ayam sepotong kecil, itu juga pas terakhir masih banyak sisanya. Bukan karna gua merhatiin orang makan juga sih -_-
Beda kelakuan kalo orang-orang kayak gua makan. Jangan gua deh, sebut aja 'kita'. Orang kek kita kalo makan jangan arep ada jaim-jaiman. Nasi padang aje abis satu masih laper.


Ya kira-kira begitulah cara mereka ambil untung. Kalo menurut gua, versi mereka itu licik. Licik dalam artian bukan jahat, tapi cerdik manfaatin peluang untung.


Gua pernah mikir buat cara bikin rugi restoran kayak gitu. Seandainya gua punya duit banyak (amin) gua bakal ajak mungkin puluhan tukang bangunan yang capek abis kerja ke restoran kayak begitu. Tau sendiri kuli itu kalo makan gimana. Ya you know lah.... ~
Kuli kalo makan kan ambil nasinya bejibun, ngambil lauknya juga bejibun. Makanan sepiring aja mirip tumpeng tujubelasan di deket rumah gua taun kemaren. Itu juga baru 1 kuli. Belom kuli yang laen. Ya mungkin restonya bakal ganti slogan kayak judul diatas. Dan diakhir cerita, restoran itu pun rugi gara-gara puluhan kuli bangunan.


-Tamat-






Kamis, 06 Maret 2014

Aku - 25 kilometer / jam

Senja telah berpamitan dengan penghuni langit, beranjak pergi. Kini malam pun menghampiri. Sungguh, itu terjadi setiap hari. Boleh aku menyapamu kembali, sendu menawan ? Barangkali kau tak tau. Gemerlap puluhan lampu sejauh puluhan meter menyambut elok malam ini. Tak mewah. Tak Elegan. Semakin terlihat dari jauh semakin menawan, sama sepertimu. Susunan lampu bercahaya putih terang menjulang ke langit malam. Menerobos sekitar. Semakin dekat, semakin jelas itu hanyalah tatanan lampu pada gedung yang rupanya hanya berbentuk rangka saja. Mungkin kau pikir aku ini gila, sendu menawan.

Kupacu laju kendaraan roda dua ku yang hanya sebatas 25 kilometer per jam. Cukup lambat. Tapi itu cukup untuk memandang eloknya lampu gedung dari kejauhan. Angin dengan lembutnya membelai wajah. Pepohonan di sisi jalan saling menyibakkan dedaunan. Sepanjang jalan lengang. Hanya desauan angin yang terdengar. Kupacu laju kendaraan roda dua ku yang hanya sebatas 25 kilometer per jam. Ah, alangkah menawannya pemandangan seperti ini. Lagi-lagi aku kembali mengingatmu, sendu menawan.

Kau tau, sendu menawan ? Pak tua bilang 'sembilan dari sepuluh kecemasan itu hanya imajinasi yang dibuat-buat sendiri. Kenyataannya belum tentu hal itu terjadi'. Ah, iya. terkadang pemikiran negatif seperti itu selalu muncul. Sesuatu yang memang akan dikatakan negatif itu memang belum tentu akan terjadi, atau memang tidak akan pernah terjadi. Sungguh ini masalah yang sepele tapi agak rumit, sendu menawan.

Satu kilometer berlalu. Jalanan masih lengang. Tetap masih menyisakan desauan angin yang menemani. Satu-dua kendaraan lain menyalip dari sebelah kananku. Kupacu laju kendaraan roda dua ku yang hanya sebatas 25 kilometer per jam. Masih kupandangi gemerlap lampu di gedung itu, sungguh mempesona, dan lagi-lagi aku teringat dirimu, sendu menawan.
Apa kau tau, sendu menawan, mengapa aku hanya memacu lambat kendaraan roda dua ku sebatas 25 kilometer per jam ? aku berpikir bahwa satu diantara sepuluh kecemasan yang ada, itu memang hal negatif yang akan terjadi padaku. Pandanganku kelangit hanyalah usaha untuk menyayat kecemasan yang satu ini. Boleh jadi pak tua bersikukuh bahwa sembilan kecemasan itu dalam hal nyatanya  kemungkinan tak akan terjadi. Tapi apakah beliau juga memikirkan tentang satu kecemasan yang terakhir ini ?
Hei sendu menawan, bagiku posisi 'sembilan' berbanding 'satu' kecemasan itu sama kuat. Tak ada bedanya. Keduanya akan terjadi, walaupun salah satunya akan mengalah. Sisi mana yang akan mengalah ? entahlah.


Kupacu laju kendaraan roda dua ku yang hanya sebatas 25 kilometer per jam. Tujuanku hampir sampai.....

Minggu, 23 Februari 2014

Aku - 3 Detik Yang Berlalu

Hai kau. Iya, kau. Kupikir kau akan kusebut saja dengan sebutan yang ada di beratus-ratus paragraf yang kubaca.




Hai kau, kusebut saja si Sendu Menawan...


Kau lihat langit mendung malam ini ?
Rintik hujan dengan teraturnya menyisir atap tempatku terduduk. Barangkali juga menyisir atap tempatmu melepas lelah. Disana.


Wahai sendu menawan, aku ingin belajar berhitung untuk hari ini. Mungkin ini aneh buatmu, sendu menawan. Tapi tak apalah, apa pula arti ini buatmu, sendu menawan. Tak ada.


1 hari hanya 24 jam. Tiap jam hanya memiliki 60 menit. Memang sudah hukumnya tiap menit hanya berisi 60 detik. Kuhitung 1 jam memperoleh waktu 3600 detik. Jika semua detik dalam 1 jam tersebut dikalikan 24 atau sama halnya 1 hari. Aku memperoleh 86400 detik. Setiap hari aku memiliki 86400 detik. Begitu juga kau, sendu menawan.

Wahai sendu menawan, setiap 86400 detik yang kulalui, hanya 3 detik yang dapat kugunakan untuk melihatmu sendu menawan. Itu pun jika Dia berkehendak. Sayangnya setiap 3 detik yang kuperoleh hanya desauan angin saja yang bisa kudapat. Tapi tak apalah, aku hanya tinggal melalui sisa 86397 detik lagi demi 3 detik yang kuperoleh berikutnya. Jika sama saja berikutnya, tak apalah, aku tinggal menghitung 86397 detik lagi untuk memperoleh 3 detik berikutnya yang menurutku itu hal yang menawan.

Apa kau melihat langit malam setelah gerimis ini menyapu, wahai sendu menawan ?

Ah...mungkin tidak. Kau mungkin terlalu lelah dengan urusanmu.
Langit malam kali ini hanyalah tanah lapang gelap yang ditaburi triliyunan bintang. Begitu menawan, seperti saat melihatmu. Iya, barangkali kau tidak sempat melihatnya, sendu menawan. Aku bisa melihatnya langit itu, pastinya dari tempat tak beratap. Hal itu kulakukan hanya untuk menyayat 86379 detik yang tak kunjung habis. Saat 3 detik itu bermula dan gagal, aku hanya berdoa kepadaNya....semoga 3 detik berikutnya memang benar-benar menawan seperti yang sudah kudambakan.
Ah....

Ketika segelintir orang, atau beberapa orang, atau mungkin bisa jadi sekian banyak orang lebih memilih kembali menjadi anak kecil hanya karena satu alasan


mereka hanya ingin tau perasaaan senang, gembira, bahagia dan memilih tidak ingin merasakan apa itu sakit hati yang dirasakan orang dewasa


Ah.....

Ketimbang lebih milih kembali lagi jadi anak kecil kayak orang-orang hanya karena demi satu alasan itu, gua lebih milih jadi Mr. Bean.

Kenapa ? Tak perlu risau sama urusan sakit hati. Dia melakukan apapun yang dia suka tak peduli apa yang orang lain bakal lihat. Biarpun terlihat gila, selayaknya hal apapun itu bisa membuatnya senang, tak perlu disirami urusan sakit hati apalah itu seperti orang kebanyakan. Tak perlu merengek-rengek iri dengan anak kecil yang hanya tau soal senang & bahagia.



Jadi orang dewasa itu menyenangkan....tergantung pemikiran aja sih




Selasa, 04 Februari 2014

Sisi Lain Bidang Marketing

Marketing.....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
udah gitu doang.









eh enggak deng. Iseng kali yak ngetik lagi. Maklumin aja kalo bakalan ada yang ngga nyambung. Yang ngetik aja gapernah nyambung.



Yang namanya marketing itu emang udah menjamur kemana-mana. Bidang jual-menjual/pemasaran ini emang nggak lepas dari idup kita. Mulai dari yang kelas bawah, dari warung, sampe yang besar, Perusahaan. Iya, perusahaan loh. Setiap perusahaan juga selalu ada bagian marketing. Mau perusahaan besar, kecil, sedeng, tanggung, S, M, L, XL, ato apalah. Tujuan marketing itu sendiri menurut gua ya demi produk barang/jasa dari perusahaan itu bisa dibeli sama konsumen. Secara ngga langsung bikin hidup jadi konsumtif.


Eh, sebenernya gua mau ngebahas apa sih? nyambung nggak sih?



jadi gini....
biasanya kerjaan bagian marketing itu ya harus menawarkan suatu produk dari perusahaan itu sendiri, supaya barang itu bisa dibeli dan duit dari konsumen itu ngalir ke perusahaan. Kasarnya sih gitu. Dan....si orang marketing ini bakal ngucapin segala rayuannya yang lebih mirip tukang modus ke konsumen demi dibelinya produk itu sendiri. Nah ! pengamatan gua tertuju disitu.
Entah kenapa atau entah emang lagi jamannya, perusahaan jaman sekarang lebih banyak perluin orang-orang untuk bidang marketing dibanding bidang yang laen semisal administrasi / akunting. Sepengliatan gua pribadi, orang-orang bisa menggeluti bisang marketing hanya dari lulusan menengah atas (sederajat) aja. Anak yang cuma lulusan SMA-pun yang mesti dituntut kuliah kedepannya justru jadi SPG / SPB di mall. Apalagi malah jadi sales. Sementara untuk para siswa SMK yang lebih ditujukan untuk dunia kerja kedepannya, justru saat mau ngelamar kerja, ujung-ujungnya pasti cuma jadi bagian marketing. Entah Sales keliling lah, SPG lah, SPB lah, SPBU lah. Loh...kok jadi pom bensin ?

Terlebih, jurusan di sekolah kejuruan itu kan nggak cuma bisang pemasaran. Pandang dong jurusan Akuntansi sama Admininstrasi. Entah kenapa begitu para siswa yang lulus dengan membekali bidang itu pas mau ngelamar kerja, kadang, atau malah justru, perusahaan tempat dia ngelamar mengalih-bidang-kan dia ke arah marketing. Atau malah ikut jadi SPG/SPB/Sales padahal itu bukan bidang yang digelutinya disekolah. Hanya karena alasan baru lulusan menengah atas. Bullshit ! atau....'maaf ya, biasanya untuk bidang administrasi / akuntansi kita butuh lulusan S1'. Bullshit lagi !

kalimat yang suka ada dipikiran gua tuh....'jadi, kenapa kita repot-repot masuk sekolah kejuruan kalo ujungnya cuma jadi SPG/SPB/sales atau bagian marketing apalah yang padahal lulusan SMA-yang dituntut kuliah- aja bisa masuk jadi marketing'

plerketekuk !!!


Sebenernya Sekolah kejuruan dibidang akuntansi sama administrasi itu gunanya apa sih ? didik jadi marketing gitu ? - Kasar -




Oke..mulai ngga nyambung.
Gua sendiri emang pernah ngalamin beberapa kejadian yang mirip diatas. Perihal soal lamar-melamar kamu, eh, kerjaan maksudnya, ke beberapa tempat. Satu ketika gua datengin suatu perusahaan entah apa namanya itu berdua bareng temen, kayak biji. Begitu masuk, ya kongkow ngalor ngidul gitu lah pembicaraan soal latar belakang perusahaan. Ye lah, ujung-ujungnya si konsultan - katakanlah atasan perusahaan - bilang kalo di perusahaan dia lagi butuh marketing buat kasih penyuluhan produknya ke orang-orang. Iya ~ sepiknya sih ngasih penyuluhan, gua pun tau kalo itu bakalan jadi sales keliling. Dengan tipu muslihat gua dan ngantuknya temen gua begitu denger penjelasan si konsultan. Bisalah gua keluar dari itu kantor. Alhasil, salinan ijasah gua dibidang akuntansi-pun bakal cuma jadi pajangan di meja si konslutan. Ya mungkin aja bakal jadi tatakan kopi ~

Satu ketika juga...gua naro lamaran gua ke salah satu kantor finance apalah gitu. Gua sendiri naro berdua sama temen gua yang sama karna itu kantor pasang semacem spanduk yang isinya lowongan kerja. Gua ngeliat disitu mereka lagi butuh dibidang akunting, administrasi, marketing. Sontak aja, begitu liat ada tulisan akunting + administrasinya ya gua langsung taro itu lamaran. Begitu dipanggil ya gitu...katakanlah si atasan itu dateng di satu ruangan yang isinya 7 orang laki-laki, termasuk gua sama temen gua. Atasan itu cerita panjang lebar soal marketing. Dan kutipan yang gua ambil dari itu atasan ya gini...'selama ada kemauan buat kerja ya pasti bakalan dapet hasil (uang) yang bagus' pokoknya mirip-mirip gitu lah. Udah ngalor ngidul gitu ya si atasan itu bilang ke semua kalo dia butuh 7 orang buat jadi marketing. Sontaklah dengan iming-iming bakalan dapet bonus gede kalo kerja keras ya tetep aja gua ngga minat. Ngejar target gitu sih. Gua mutusin lah buat nolak itu. Terserah deh bilang pilih-pilih ato gimana.


Dan, satu ketika juga........gua mau cerita lagi nih, jangan kabur luh !

Gua direkomendasiin buat naro lamaran di salah satu tv parabola. iya i*n*d*o*v*i*s*i*o*n. Sengaja lah gua disuruh ngelamar disana buat jadi telemarketing. Padahal ya gitu. Gua emang nggak terlalu suka yg namanya soal 'target' dibidang marketing. Tapi ya karna coba-coba aja dateng. Awalnya gua kira emang bakal jadi telemarketing disana, cuma duduk, nelpon-nelpon orang gitulah. Gua juga direkomendasiin buat jadi telemarketing sama yang ngerekomendasiin gua :v
Plerketekuk !!
Begitu disana pas interview di sudut ruangan yang sempit 1 lawan 1 sama mbaknya, si embaknya bilang kalo lulusan sma sederajat cuma bakalan jadi sales. Gua pun nanya apa, nawarinnya macem dari telpon / keliling. Si mbak jawab 'keliling'. Ya otomatis gua nggak minat dong.
Doi malah ngalihin gua ke orang lain -katakanlah itu atasan berkelamin pria- yang mukanya persis enji-nya ayu ting-ting. Dengan sok tegesnya dia nanya 'apa kamu pernah capai target dalem idup kamu ?' 'kalo kamu butuh duit, ya disini'....pikir gua bakal jadi sales nih.Ye lah, gua pun bilang nggak minat dan bilang nggak jadi dan ngejelasin kalo sebenernya gua ngga mau jadi sales. Dengan waktu yang mepet jam makan siang, si atasan itu udah kelaperan gua rasa, dia bingung dan bilang ke gua kalo suruh nunggu, soalnya lamaran gua bakal ditaro ke outsourcing. Dia keluar.
Finally !! gua pun kabur. Pulang. Minat pun ngga ada.




.......Sebenernya, inti ceritanya tuh begini.........
iyasih, dimanapun, kapanpun, yang namanya orang kalo mau berusaha keras pasti dapet hasilnya bagus. Hasilnya ya berupa duit lah atau entahlah. Tapi ya tergantung minat dari diri sendiri aja sih, Contoh, elu cinta ngitung-ngitung duit, tapi ya seketika ada suatu hal yang bikin elu kerja jadi sales yang bahkan itu bukan bidang elu sendiri. Pastinya ya elu bakal nggak bisa numbuhin minat dibidang itu walaupun dengan iming-iming cerita elu bakal dapet bonus gede kalo bisa target / ngelebihin target. Ngga usah ada paksaan kali ya.
Contoh gua sendiri....gua emang jarang interaksi sama orang, ngomong pun seperlunya, kalo ngga ada yang diomongin ya diem aja, ngga suka mulai duluan. Dan disisi lain...jadi sales/SPB itu butuh tindakan kerja yang berupa kata-kata ke customer. Gua pernah liat kok seberapa sering si sales itu ngomong ke masyarakat soal produk apalah gitu. Ya emang pada dasarnya karakter gua gitu. Kayaknya bakalan susah masuk bidang marketing biarpun ditraining. Bukannya pesimis duluan, tapi ini yang namanya pilihan. Biarpun juga beberapa atasan marketing itu bilang kalo mencapai target itu bakal dapet dui yang banyak juga bakalan ngga mau. Idup gua juga ada tergetnya kok, tapi ngga harus ke sales/SPB dulu kan ? XD
Balik lagi ke soal minat. Segede apapun gajinya kalo ngga ada rasa minat yang serius di diri sendiri ya hasilnya bakalan setengah.


Itu sih pengalaman jauh dari tahun 2014. Ngga usah dibawa ke hari sekarang deh.

Sekarang gua dimana ?

Tenang kok, gua ngga kemana-mana. Gua selalu ada di hati para penggemar ~





Ngga jelas kan ceritanya ? ya iyalah dari awal juga dibilang pasti kaga nyambung. Judul sama isinya aja ngga ada yang nyambung. Sebenernya lebih seneng bahas Film The Lord of The Rings sih ketimbang ginian....bodo amat deh ~